(berbagi catatan kehidupan).
-----------------------
gambar sumber Via facebook /rudolf |
Alkisah di masa yang lalu di kampung-kapung terpencil di pulau pulau terluar, mapun di lembah lembah dan lebatnya rimba raya Papua, ketika akses internet belum ada, siaran televisi masih minim dan kepemilikan televisi juga masih kurang, setiap ada laga Persipura yang diketahui lewat berita di Radio (RRI), masyarakat sudah berbondong bondong mempersiapkan diri.
Membawa keladi
rebus, kasbi, ikan bakar, udang goreng, kombrof asar ( hehe tau kan
kombrof asar ?), serta bahan camilan lainnya (camilan pu berat2 apa,
haha), Masyarakat lalu berkumpul di salah satu rumah yang telah
disepakati (mau bilang rumah yang punya halaman paling luas tapi rata
rata semuanya punya halaman memang luas, hahaha). Radio disambungkan ke
speaker, semua menggunakan kostum kebesaran.
Bahkan ada yang membawa gitar, jukelele, stembass. Semoga duduk dengan tertib mendengar dengan seksama reporter RRI menyampaikan laporan pandangan mata dari stadion Mandala.
Ketika terdengar nyaris gol, semua berteriak histeris, ketika terjadi gol, semua melompat lompat kegirangan, lari salto salto, ada yang lompat ke pante pasir putih (kalo yang dekat pante), untuk mengekspresikan kegembiraannya.
Ketika reporter RRI melaporkan pergerakan boal dari kaki ke kaki, pelanggaran2 dan lain sebagainya, semuanya mengkuti dengan seksama bahkan tenggelam dalam suasana pertandingan itu (hanya dengan mendengar).
Bila babak pertama usai, semua mengisi waktu istirahat dengan menikmati camilan tadi, dan bernyanyi serta menari nari mengukuti irama musik yang dimainkan beberapa orang.
Bila Persipura menang, semua yospan dan bernyanyi. Bila Persipura kalah, semuanya sedih, tertunduk di bawah pohon kelapa, ada juga yang memanjat pohon kelapa cek jerikan di atas, apakah sudah penuh atau belum (menang ka kalah sa kira pasti jeriken tetap dicek).
Hanya dengan mendengar, itulah Debar (Dengar Bareng) yang di masa kini pun masih terjadi ketika tidak ada siaran langsung, dan akses internet juga kurang memadai, RRI menjadi sahabat setia, dan RRI Nusantara V jayapura nama naik skali kala itu bagi masyakarat.( Trimakasih buat RRI).
Di jaman now, ada juga yang menyambungkan facebook ke layar besar lewat infocus dan semua berkumpul untuk membaca bersama sama, mengikuti update update status dari kawan kawan semua di Group PJ ini, ttg jalannya pertandingan.:)
Selain karena faktor akses internet dan juga minimnya siaran langsung, terlebih dari itu adalah kebersamaan, auranya beda ketika bersama sama itu.
itulah sepenggal kisah tentang Debar (Dengar Bareng) dan Babar (Baca bareng).
Beruntunglah kita di Jaman now yang tinggal di kota2 dengan segala peralatan dan akses komuniasi yang agak memadai. Sodara sodara kita nun jauh di sana ? hanya doa doa yang terpanjatkan untuk Persipura yang dianggap sebagai Perwakilan yang bisa kase tau dunia, ini kitong, kitong ada ni.
---------------
3 April 2018, di sudut Kota Jayapura, Rudolfo .
Bahkan ada yang membawa gitar, jukelele, stembass. Semoga duduk dengan tertib mendengar dengan seksama reporter RRI menyampaikan laporan pandangan mata dari stadion Mandala.
Ketika terdengar nyaris gol, semua berteriak histeris, ketika terjadi gol, semua melompat lompat kegirangan, lari salto salto, ada yang lompat ke pante pasir putih (kalo yang dekat pante), untuk mengekspresikan kegembiraannya.
Ketika reporter RRI melaporkan pergerakan boal dari kaki ke kaki, pelanggaran2 dan lain sebagainya, semuanya mengkuti dengan seksama bahkan tenggelam dalam suasana pertandingan itu (hanya dengan mendengar).
Bila babak pertama usai, semua mengisi waktu istirahat dengan menikmati camilan tadi, dan bernyanyi serta menari nari mengukuti irama musik yang dimainkan beberapa orang.
Bila Persipura menang, semua yospan dan bernyanyi. Bila Persipura kalah, semuanya sedih, tertunduk di bawah pohon kelapa, ada juga yang memanjat pohon kelapa cek jerikan di atas, apakah sudah penuh atau belum (menang ka kalah sa kira pasti jeriken tetap dicek).
Hanya dengan mendengar, itulah Debar (Dengar Bareng) yang di masa kini pun masih terjadi ketika tidak ada siaran langsung, dan akses internet juga kurang memadai, RRI menjadi sahabat setia, dan RRI Nusantara V jayapura nama naik skali kala itu bagi masyakarat.( Trimakasih buat RRI).
Di jaman now, ada juga yang menyambungkan facebook ke layar besar lewat infocus dan semua berkumpul untuk membaca bersama sama, mengikuti update update status dari kawan kawan semua di Group PJ ini, ttg jalannya pertandingan.:)
Selain karena faktor akses internet dan juga minimnya siaran langsung, terlebih dari itu adalah kebersamaan, auranya beda ketika bersama sama itu.
itulah sepenggal kisah tentang Debar (Dengar Bareng) dan Babar (Baca bareng).
Beruntunglah kita di Jaman now yang tinggal di kota2 dengan segala peralatan dan akses komuniasi yang agak memadai. Sodara sodara kita nun jauh di sana ? hanya doa doa yang terpanjatkan untuk Persipura yang dianggap sebagai Perwakilan yang bisa kase tau dunia, ini kitong, kitong ada ni.
---------------
3 April 2018, di sudut Kota Jayapura, Rudolfo .
0 Komentar